Suasana sepi, hening, sunyi penuh perenungan mendalam, membawa orang dalam suasana khusuk sujud dihadapan-Nya. Merasai Dia, mendekatkan diri pada-Nya, dan lebih mengenal dia dengan cara berbeda. Dalam keheningan ada sentuhan ilahi. Dalam kesunyian Dia berbicara. Dalam suasana sepi orang akan lebih jelas mendengar, lebih tegas mengakar di kerinduan mendalam untuk bercengkarama dengan Dia, berbincang dengan Dia, dan bertanya kepada-Nya tentang diri dan realitas yang terjadi. Keheningan sejak zaman gereja purba telah menjadi elemen penting dalam penyembahan kepada Tuhan. Sebuah tradisi spiritual sejak gereja purba Hesikhasme memberikan penekanan yang begitu jelas tentang pentingnya keheningan ketika menghadap Allah. Keheningan batin menjadi sarana penting dalam Hesikhasme untuk tiba para perenungan akan Allah.
Gregorius Palamas, teolog yang lahir pada akhir abad ke-13 adalah praktisi, pengusung sekaligus pengembang Teologi Hesikhasme, atau lebih tepatnya jika disebut aliran spiritual. Hesikhasme, yang berasal dari kata Yunani hesykia, secara hurufiah dapat diartikan dengan keheningan, kesepian, istirahat, dikenal Gregorius semenjak dia tergabung dalam sebuah biara. Tepatnya di Biara Gereja Ortodoks di Gunung Athos, Makedonia, Yunani. Di tempat inilah dia belajar menjadi seorang rahib, mengenal lebih mendalam spiritualitas kristiani dan kehidupan doa yang benar di bawah bimbingan para penganut Hesikhasme.
Teosis
Hesikhasme bukan sembarang gaya spiritual atau aliran teologi tertentu. Hesikhasme bagi Gregorius Palamas memiliki tujuan yang jelas. Mistisisme yang didalami Gregorius adalah untuk mencapai kondisi teosis, yakni kondisi pencapaian di mana orang semakin mendekati kemiripan atau penyatuan dengan Tuhan. Terkait hal ini Gregorius sependapat dengan doktrin dalam tradisi lama Teologi Ortodoks Timur yang menyatakan bahwa teosis tidak berarti menunjuk pada kesamaan hakikat manusia dengan Allah. Teois lebih kepada sebuah proses transformasi yang diakibatkan oleh efek dari katharsis (pemurnian pikiran dan tubuh) dan theoria . Teosis menurut Ortodoks Timur dapat dicapai hanya melalui sinergi (atau kerjasama) antara kegiatan manusia (ritual) dan energi dari Allah, sebuah kehidupan yang dipenuhi dengan yang Ilahi.
Gregorius berpendapat bahwa jiwa manusia tidak dapat mendalami Allah, namun demikian Allah dapat dikenal melalui pengalaman spiritualitas. Ia memberi penegasan bahwa ketika semua orang Kristen mengambil bagian dalam sakramen dan doa, itu adalah pengenalan sejati akan Allah.
Bukan hal mudah menyuguhkan Hesikhasme sebagai sebuah alternative spiritualitas Kristen. Ada banyak tantangan dan perlawanan. Barlaam, seorang rahib Ortodoks dari Italia Selatan, adalah satu diantara orang yang tidak menyukai ajaran Hesikhasme Gregorius. Diskurus teologi, bersoal jawab tentang Hesikhasme pun kian gencar dilakukan. Ketidaksetujuan Barlaam tentang Hesikhasme dituangkannya dengan menyuguhkan pendekatan yang lebih intelektualis dalam berdoa. Sementara Gregorius, dalam melawan Barlaam bahkan sempat membuat karya tulis yang berjudul “Triads in Defence of The Holy Hesychasts” atau "Tiga Alasan Demi Membela Penganut Hesikhasme Yang Kudus".
Tidak hanya Barlam, Gregorius mulanya juga tidak disenangi dengan banyak orang. Tak heran jika kemudian dia sempat diekskomunikasi oleh gereja pada tahun 1344. Seorang kaisar yang baru berkuasa, pada tahun 1347 mengangkat Gregorius menjadi uskup di Tesalonika. Tahun 1351, Gregorius Palamas dibebaskan dari segala tuduhan dalam Konsili Oikumenis di Konstantinopel. Dia meninggal dunia tahun 1359 dan ia dinyatakan sebagai Orang Kudus pada tahun 1368. Slawi/ dbs
Sumber: https://gri.or.id/news/view/905/gregorius-palamas-teolog-dan-mistikus